“Kita mendapatkan penjelasan yang luar biasa komprehensif dan harganya juga luar biasa ini bisa dikatakan best load yakni $0,11 per kWh dibandingkan dengan batu bara $0,07 per KWH, sudah dekat, tetapi batu bara kan kotor dan sebagainya,” jelas Sugeng.
Ia pun mengingatkan jika tenaga bayu di Indonesia sangat besar, baik untuk pembangunan PLTB onshore maupun offshore, terutama di wilayah pesisir. Dibandingkan energi lain, PLTB memiliki waktu pembangunan relatif cepat, yaitu sekitar dua tahun dari tahap Engineering, Procurement, and Construction (EPC) hingga commissioning.
Karenanya, Sugeng mendorong pola kerja sama antara investor lokal dan asing untuk mendukung program transisi energi. “Kami melihat langsung praktik terbaik di PLTB Jeneponto, yang menjadi contoh bagaimana transisi energi dapat berjalan cepat, efisien, dan berkelanjutan. Dengan kerja sama yang baik, ini akan membawa manfaat besar bagi masyarakat lokal dan ekonomi nasional,” tutup Sugeng. (***)